Kemesraan Antara Agama dan Politik
Kontestasi politik
dalam Pemilihan Presiden Tahun 2019 mulai menjadi konsumsi publik yang tidak
asing untuk di diperbincangkan. Dua tokoh terbaik Indonesia Ir. Jokowidodo dan
H.Prabowo kembali bertarung untuk tujuan kemajuan Negara Indonesia. Kedua tokoh
tersebut telah sama sama berikthiar dengan jalannya masing masing. Presiden Jokowi
dengan keputusannya mengandeng salah satu ulama besar di Indonesia yang
sekaligus Ketua MUI yaitu KH. Mahruf Amin sebagai pendamping calon wakil presiden.
Sedangkan Prabowo mengandeng salah satu putra terbaik bangsa yaitu Sandiaga
Salahudin Uno sebagai calon wakil presiden. Menarik apabila membahas latar
belakang dan strategi apa yang diusung kedua tokoh tersebut dalam penunjukan
calon wakil presiden.
Isu agama sebagai
manuver alat politik dalam penunjukan KH.Mahruf Amin ? dalam hidup
bermasyarakat semua orang berhak menilai itu benar dan salah. Bagi sebagian
masyrakat penunjukan KH. Mahruf Amin adalah upaya agama sebagai alat atau senjata
utama dalam politik sehingga akan menimbulkan konflik yang besar dan
berkelanjutan. Bagi sebagian masyarakat yang lain hal tersebut upaya untuk
perdamaian dan menyatukan atas nama agama, hal tersebut ibarat dua mata pisau
yang sama sama tajam. Apa yang melatar belakangi Presiden Jokowi dalam
keputusannya tersebut ? asumsi akan bertebaran bergantung dari mana sudut
pandang nya masing – masing. Tidak semua Politikus adalah orang – orang yang
buruk. Sebelum dan sampai sekarang pun mereka merupakan individu yang taat dengan
agama nya masing – masing. Beribadah, menjauhi segala larangan-Nya dan
melaksanakan perintah-Nya. Dalam hal ini ketika masuk dalam dunia perpolitikan
tidak bisa dikatakan bahwa individu tersebut menggunakan agama nya sebagai alat
politik berdasarkan kebiasaan ketaatan mereka selama ini, tentu tidak. Namun dalam
hal ketika mereka sudah memakai dalil-dalil agama yang dipergunakan untuk
memperkuat propaganda dan partai politiknya bisa dikatakan saat itulah mereka
menggunakan agama sebagai alat politik. Tentu hal tersebut hanya diketahui
maksud dan tujuannya oleh individu tersebut dalam hal ini Presiden Jokowi, yang
jelas keputusan yang diambil adalah bentuk ikthiar dari Presiden Jokowi untuk
demi kepentingan bangsa Indonesia.
Bagaimana dengan
penunjukan Sandiaga Salahudin Uno ?apakah isu agama kembali jadi manuver alat
politik ? keputusan Prabowo menunjuk Sandiaga Salahudin Uno sebagai calon wakil
presiden merupakan bentuk ikhtiar darinya untuk kepentingan bangsa Indonesia.
Seperti apa yang sudah disampaikan penulis diatas ibarat kata agama dalam
politik ibarat dua mata pisau yang sama sama tajam, bisa mencapai perdamaian
dan bisa menimbulkan perpecahan. Isu supaya masyarakat Indonesia tidak terpecah
belah adalah bukan secara mutlak benar dan tidak juga salah untuk latar
belakang penunjukan Sandiaga Salahudin Uno. Lantas apa yang melatar belakangi ?
tentu yang paham adalah individu yang membuat keputusan tersebut. Lagi lagi ,
ketika hal tersebut diperkuat dengan dalil – dalil agama yang digunakan untuk
propaganda maka bukan tidak mungkin bisa dikatakan agama sebagai alat untuk
berpolitik.
Bagaimana kemudian
hakikat nya agama dalam politik ? agama dalam politik bukanlah alat untuk
mendapatkan kekuasaan tertentu yang bersifat politis, namun agama haruslah
dimiliki oleh setiap individu yang berpolitik untuk berakhlak baik. Bisa dibayangkan
apabila agama tidak dimilik oleh individu tersebut dalam berakhalak akan
melahirkan sebuah tirani yang sangat kejam. Karena agama selalu mengajarkan
cinta kasih, keadilan dan kebaikan bagi sesama manusia. Apakah agama harus
dipisahkan dari politik ?menurut sebagian orang harus dan tidak, lagi semua
orang berhak menilai itu benar dan salah. Haruslah agama dan politik saling
berdampingan, tidak ada yang saling mendominasi satu sama lain. Mengutip
perkataan dari salah satu perkataan ulama besar pada zamannya yaitu Imam Syafi’i
“ Kaji dan dalamilah sebelum engkau
menduduki sebuah jabatan, karena ketika engkau telah menduduki jabatan
tersebut, engkau tidak akan punya kesempatan untuk mengkaji dan mendalami”
(Imam Syafi’i).
MasyaAllah. Mantaaap betuul💪
ReplyDelete